Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

JALAN KEMBALI

Aku tersenyum setelah membaca satu pesan masuk dari lelaki itu. Sejumlah uang telah dia kirim lewat rekening Anton, adik kandungnya. Besok aku hanya perlu mengambilnya kesana. Siapa sangka, dia masih menyayangiku.

Sebelumnya, aku tak pernah menyesal telah meninggalkan Firman demi laki-laki yang lebih mapan. Terbukti, pernikahanku bahagia, segala kebutuhanku tercukupi, aku tak pernah kekurangan apa. 



Entah ini cobaan atau karma, suamiku mengalami kecelakaan lalu lintas saat pulang dari tempat kerja. Sempat dirawat dua hari di rumah sakit dengan biaya yang tidak sedikit. Tapi akhirnya harus menyerah pada kondisi yang semkain parah, nyawanya tak bisa diselamatkan. 

Aku terpuruk dalam keadaan menyedihkan, hidup sebagai janda dengan harta tak seberapa, ditambah pula dengan dua balita yang kini resmi menyandang status yatim. Entah, bagaimana aku akan bertahan dalam keadaan ini. 

Lima bulan setelah kepergian almarhum suami, dia datang. Memang tak sendiri, tapi bersama seorang perempuan cantik yang diperkenalkannya sebagai istri. 

Kupikir, aku akan biasa saja. Tapi menyadari ada sisi hati yang iri melihat perempuan mapan itu, aku tahu hatiku masih rindu. Rindu dia yang dulu. 

Andai dulu aku tak pernah meninggalkan Firman, pastilah aku tak menjadi janda sekarang. 

Setelah itu, dia sering datang berkunjung. Sendiri atau membawa sang istri. Sebelum pulang, tak lupa dia memberi satu dua lebar uang pada kedua anakku. 

Lama kelamaan, dia semakin sibuk dengan karirnya yang melesat tinggi, tak lagi sering berkunjung, tapi selalu mengirim uang lewat rekening Anton, adiknya. Mungkin tak ingin istrinya tahu, karenanya dia tak mengirim langsung ke rekeningku. 

Saat itulah aku paham, masih ada jalan untuk kembali padanya, cinta pertama. 

Hingga kini, ibunya masih menyapaku dengan sebutan 'nduk', sama seperti dulu. Itu pertanda bagus, bukan?! 

 Jika ibunya saja masih mau menerimaku, akan lebih mudah untuk memberi pemahaman pada istrinya. Kami akan menjadi saudara madu yang akur dan bahagia. 

Ini tidak akan sulit, tentu saja.  

Aku mulai mendekati istrinya lewat pesan-pesan singkat via wA, sekedar saling bertanya kabar atau bertukar resep masakan. Dari situ aku tahu makanan kesukaan suaminya, yang nanti akan menjadi suamiku juga. 

"Assalamualaikum, Mbak Susi ... Makasih ya, kiriman pizza-nya. Nanti saya sampaikan pada mas Firman." Pesan darinya kuterima. 

Aku tersenyum bahagia. Tadi siang, memang kupesan sekotak pizza untuk diantara ke alamat rumah mereka. Saat Kang Firman pulang, dia akan senang karena menemukan makanan peganggajal perut. Dan pasti akan sangat senang setelah tahu bahwa aku yang mengirimnya. 

"Iya, sama-sama. Semoga semua suka..." balasku sopan. 

Malam hari, kuperkirakan dia sudah sampai di rumah. Atau mungkin telah menandaskan sekotak pizza yang sudah tersedia. 

Dengan yakin, aku mengirim sebuah pesan ke nomornya. 

[Terima kasih, Kang ... ]

[Semua perhatianmu menyadarkan aku, jika semua rasa sayangmu padaku tidak pernah berubah. Aku tak ingin hanya bermimpi, izinkan aku bertanya, masihkan ada ruang di hatimu untuk kulabuhi kembali. Tidaklah salah menyambung kembali tali percintaan yang pernah putus dahulu. Terimalah maafku ... aku sanggup menunggu jika belum ada jawabmu😘] 

Hatiku senang bukan kepalang ketika centang dua itu berubah warna biru. 

Kehidupan yang bahagia terbayang jelas di anganku. Kami akan segera menikah, merajut rasa yang dulu pernah ada. Merangkai mimpi yang dulu sempat pupus di tengah jalan. Tak apa meski harus menjadi istri kedua, bahkan istri simpanan sekalipun. 

Aku rela. 

Aku menunggu pesannya datang hingga larut malam dengan hati berdebar. Mungkin dia sedang menyusun kalimat romantis sebagai balasan, atau masih menunggu istrinya tidur lelap. Tak apa, aku akan menunggu. 

Tapi hingga pagi menjelang, tak ada pesan yang datang. Tak ada kabar. 

Bahkan, nomor kontaknya tak lagi kutemukan ... 

Hingga bertahun-tahun setelah itu, tak ada lagi kiriman uang. 


End

Jember, 15 Februari 2021 




 

Posting Komentar untuk "JALAN KEMBALI"

TANPA STATUS
POHON DURIAN