Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TANPA STATUS

Diantara hal yang kubenci dari sebuah hubungan adalah menahan rindu. Bahkan untuk hubungan yang tak jelas seperti ini.
 
Begitu kalimat itu kutulis, lalu kuposting di stori WhatsApp. Tak lama, sebuah pesan kuterima. Dari Niandra.

[Makanya nikah, nduk ... Jangan terlalu betah menjomblo. Usia bumi ini tak akan lama lagi.] Kalimat itu ditutup dengan emoticon tertawa ngakak. 

Aku membalasnya dengan emoticon yang sama. 

[Makanya, Carikan, Mak ...] Candaku pada ibu muda beranak satu itu. 

[Hilih. Udah diajak ketemuan malah ngilang, sok sibuk kau.] 



Lagi, aku membalasnya dengan stiker tertawa sambil guling-guling. 
Entah. Ini bukan tentang seperti apa lelaki yang ditawarkan Niandra. Sejauh ini, aku tak punya kriteria khusus. Selama aku nyaman dengannya, itu sudah cukup. 
Hanya saja, orang yang berhasil membuatku nyaman, tak bisa selamanya kupertahankan. 

Aku menatap foto profil itu dengan perasaan entah. Tatapannya yang tajam dengan alis tebal, seketika membuat detak jantungku berdebar kencang. Apa yang kurasakan sungguh di luar nalar. Bagaimana bisa aku Jatuh cinta pada orang yang bahkan tak pernah kutemui. Aku hanya tahu dia ada, dia di sana, dia nyata. Meskipun sepenuhnya aku sadar dia sudah ada yang punya.

Tapi salahkah dengan perasaan yang aneh ini? Karena sejatinya aku tak pernah merencanakan rasa ini ada, tumbuh dan mengakar untuknya. Aku tahu di sana dia memiliki cinta yang sempurna, bukan hanya cinta maya.

Aku membuka lagi percakapan terakhir kami satu minggu yang lalu. Dia bilang, dia merindukanku. Mestinya dia juga tahu, aku pun begitu. Hanya saja, rasanya sangat b*doh merindukan orang yang bahkan kita tidak pernah bertemu. 

Bagaimana bisa dia masih bertanya aku rindu atau tidak? Sedangkan di sini, di setiap hariku, aku tidak bisa lepas dari hanya sekedar memandang sebentuk wajah yang tersenyum itu. 

Berkali-kali kuingkari rasa ini. Rasa yang sungguh tak tahu diri. Berharap suatu hari nanti, Tuhan mempertemukan kami. Entah dimana, entah untuk apa. Karena aku sadar, dia tak mungkin meninggalkan belahan jiwanya. Apalagi hanya demi aku yang hina. 

Aku menarik nafas dalam-dalam menghembuskannya perlahan menikmati setiap sayatan rindu yang begitu menyakitkan. Apakah dia juga merasakan hal yang sama? Atau hanya aku yang b*doh saja? 

Ah, tidak. 
Tidak mungkin. 

Mestinya aku tak percaya dengan semua ucapannya, dengan semua kata manisnya. Sehingga aku tak perlu memikirkan dia, mengingat dia, apalagi mengharap rasa yang sama. 

Ya, ini bukan tentang cinta kami. 
Tapi tentang cintaku yang tak tahu diri. 

Suara dering dari benda pipih itu membuyarkan lamunanku. 

[Aku juga rindu. Kamu tega banget ngilang gak ngasih kabar.]

Seketika, ada debar tak menentu. 
Hatiku dipenuhi rasa ragu.
Kalau kubalas, mungkin semua tak akan berakhir. 
Kalau kuabaikan, aku memang sedang merindukannya. Ah, sial! 

[Untuk apa?]

[Untuk melebur rindu yang sama]

[Rindu untuk apa?] Aku tersenyum getir.
 
[Kau menyayanginya, bukan?]

[Tapi, aku juga menyayangimu ...]

[Tapi untuk apa?] 

[Kau punya alasan untuk meninggalkannya dan memilihku?] 

Lama, pesan itu tak berbalas. Mungkin, kami sedang berada dalam satu titik yang sama, lelah. Menyadari kenyataan memang sekonyol ini. 

[Tidak ada ...] 

Ada nyeri menyayat seiring pesan itu kubaca. 

Benar, aku memang tidak berharga. Apalagi dibandingkan dia. 

[Aku pergi. Cintai dia sepenuh hati, jangan kau curangi seperti ini. Aku harus memulai hidupku sendiri, menentukan kemana aku harus berlari. Menemukan yang pasti ...]

[Bagaimana dengan aku?] 

Aku tertawa sendiri. 

[Kau sudah punya dia, kan?]
[Aku ini apa? bertahan dalam sebuah hubungan yang tidak jelas. Bercinta dengan bayangmu. Rindu sendiri, kesal sendiri, marah sendiri. Dan kamu, sibuk dengan hidupmu sendiri. B*doh sekali aku ini.] Kalimat itu kuakhiri dengan emot tertawa. Menertawakan diri sendiri. 

Lama tak ada jawaban.

Sedangkan aku masih di sini, antara menunggu kepastian atau menunggu rasa ini hilang. 


Jember, 11 Juni 2022

2 komentar untuk "TANPA STATUS"

TANPA STATUS
YANG TERLUPA